nusakini.com - Jakarta - Peneliti Suropati Sindicate, Alhe Laitte menilai saat ini Indonesia sedang tak terjadi krisis beras. Menurutnya, masalah pangan belakangan ini disebabkan rendahnya serapan Badan Urusan Logistik (Bulog).

• Wapres Gibran dan Mentan Amran Dorong Akselerasi Swasembada Gula dari Yogyakarta
• Wapres Gibran dan Mentan Amran Berikan Solusi untuk Petani Tebu, Target Swasembada Gula di 2026
• Apresiasi Mentan Kirim 10.000 Ton Beras ke Palestina, PP KAMMI: Saatnya Indonesia Memimpin Diplomasi Pangan Global
• Mentan Palestina: Kerja Sama dengan Indonesia Jadi Harapan di Tengah Krisis Pertanian
• Indonesia Berikan Bantuan 10.000 Ton Beras untuk Palestina, Mentan Amran: Ini Bentuk Solidaritas Nyata

"Kenapa Bulog tidak menyerap beras petani? Apa karena lebih nyaman dan lebih praktis impor beras dari pada kerja keras membeli gabah/beras petani?” ujarnya di Jakarta, Jumat (12/1/2018) dini hari.

Menurutnya, Bulog harus menyerap gabah atau beras petani, khususnya pada panen raya. Dia menambahkan, kualitas gabah kini sangat bagus, sehingga petani menikmati harganya. "Antisipasi. Dua minggu lagi masuk panen raya, jangan sampai harga jatuh," katanya.

Alhe mendorong demikian, lantaran belakangan tengah terjadi panen hasil tanam Oktober 2017. Hal tersebut harus diantisipasi, lantaran harga di tingkat petani umumnya jatuh kala panen raya.

Di sisi lain, menurutnya, stok beras nasional juga surplus. Dia mencontohkan dengan data Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), di mana di atas 30 ribu ton atau melampaui kondisi normal. "Stok beras di Bulog sekitar 900 ribu ton, aman untuk rastra tiga hingga empat bulan ke depan," tandas Alhe. (p/ma)